31 Oktober 2021

Citra positif dalam bermedia Digital

pembelajaran digital dikelas

Generasi Alfa merupakan generasi anak di dunia Digitalisasi. Sangking seringnya anak bermain digital, ibunya bicara sambil marah anaknya hanya memberi kode tangan screenscroll.  Budaya digital yang menerapkan budaya sopan santun, dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Membuat konten-konten yang inspiratif penuh sopan santun. Indonesia terkenal dengan budaya santun, suka menolong dan mau peduli. Tunjukan pada dunia tentang citra Indonesia yang santun dan berbudaya. Hati-hatilah dalam berdunia digital, berpikirlah sebelum menshare dan memposting karena jejak digital selalu mengingatkan kita. Dasari anak dengan pendidikan dan Agama, sikap spiritual apa yang boleh dan tidak untuk memagari anak-anak kita dalam berdunia digital. Bagaimana menghargai orang berkomentar, peduli, nilai-nilai tanggung jawab yang disepakati terkait waktu dan konten apa yang boleh dan tidak boleh dan bangun komunikasi dengan anak.


Digitalisasi sudah berlangsung di sekolah kami, dimulai dari kelas kecil, rekan-rekan guru dan kepala sekolah. 



anak-anak belajar mengoperasikan chrombook

Jejak digital adalah jejak data yang kita buat dan kita tinggalkan saat menggunakan perangkat digital (Dictionary.com, 2021)

Salah satu ancaman terbesar bagi kaum muda di situs media sosial adalah jejak digital dan reputasi masa depan mereka (O'Keeffe & Clarke-Pearson, 2011)

27 Oktober 2021

Pojok Literasi Kelas

Beberapa guru, sering mendapatkan siswa di kelas tinggi belum lancar membaca. Hal ini bukan hanya terjadi di daerah pelosok, tetapi banyak juga di pinggiran kota. Salah satu masalahnya yaitu Minat membaca anak kurang karena tergantikan oleh Gadget.

Seorang guru yang selalu berinovasi dan kreatif akan menggunakan  idenya untuk mencari cara agar anak-anak mau membaca dan menjadikan buku sebagai sahabat anak. Diawali dengan kegiatan pra membaca,disini guru bisa menyiapkan kondisi tempat yang nyaman,jenis buku yang akan dibaca oleh siswa atau buku yang disukai siswa dan kondisi siswa.

Kondisi tempat yang nyaman akan membangkitkan selera membaca Anak. Ibarat makanan ,jika tampilannya bagus dan menarik menggugah selera makan maka minat makan orang yang tadinya tidak mau makan jadi mau makan.Begitu pula dengan Minat membaca anak,jika kondisi tempat membaca menarik maka minat membaca anak semakin kuat dan mau membaca tanpa diperintah.

Sifat anak yang paling nampak adalah melihat, sepandainya guru untuk membuat kelas  nyaman agar anak mau  membaca salah satunya yaitu membuat pojok literasi di kelas sebagai sahabat siswa. Untuk siswa kelas VI, sebelum memulai pelajaran dikelas lakukan pembiasaan membaca 15 menit setiap hari. Seminggu melakukan proyek literasi  kelas, yaitu siswa membaca teks buku,majalah maupun bacaan lainnya. Siswa membaca senyap ,guru membacakan teks dan disimak oleh siswa. Setelah menyimak dan membaca senyap siswa menuliskan cerita yang dibaca oleh guru sesuai dengan pemahaman dan disimaknya, kemudian siswa membacakan tulisanya di depan kelas secara bergantian. Semua kegiatan tersebut lakukan di pojok baca kelas. Projek literasi ini guru harus mengemasnya dengan menarik. Sebelum guru melakukan proyek literasi kelas,guru harus membuat rencana kegiatan proyek kelas untuk satu minggu. Sehingga setiap harinya dalam satu minggu kegiatannya tidak membosankan bagi siswa tetapi harus bervariasi.

Pelaksanaan literasi di Sekolah yaitu dengan kegiatan membaca buku selama 15 menit sebelum memulai pembelajaran, pada saat jam istirahat kedua. Guru juga melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan pojok literasi kelas. Pelaksanaan literasi di kelas III yaitu setelah selesai membaca buku, siswa disuruh menulis kembali yang sudah dibaca, sedangkan di kelas VI setelah selesai membaca,  siswa disuruh menjelaskan kembali secara lisan yang sudah dibaca di depan teman -temannya. 

Guru yang kreatif,membuat pojok literasi dari barang-barang bekas. Jerigen minyak goreng ukuran lima liter bisa digunakan untuk pojok literasi, papan bekas, botol air mineral ukuran dua liter dan pipa paralon. Barang bekas itu lalu di cat menggunakan warna yang disukai siswa.sepandainya guru mengatur pojok baca dengan beberapa buku non pelajaran dan memisahkan beberapa cerita rakyat untuk dibaca.Dengan membuat pojok literasi yang menarik dan menyusun kegiatannya, hal ini dapat meningkatkan minat baca anak dan menjadikan pojok literasi kelas sebagai sahabat siswa tanpa harus diperintah.

Hambatan pelaksanaan pemanfaatan pojok literasi antara lain: jumlah koleksi buku bacaan yang terdapat di sudut literasi  kelas masih kurang, beberapa siswa akan membaca buku jika guru menyuruhnya. Upaya sekolah untuk mengatasi hambatan tersebut ialah:  menambah koleksi buku bacaan dengan cara meminta bantuan buku non pelajaran pada kantor bahasa provinsi  setempat, pemberian dari siswa yang sudah lulus dari Sekolah, melakukan kegiatan membaca dan kegiatan pembelajaran di pojok literasi kelas, memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa untuk membiasakan membaca dengan memanfaatkan pojok literasi kelas saat waktu luang.