02 Desember 2021

MENJELAJAHI ALAM DIGITAL YANG LUAS

 


GMLD

GURU MOTIVATOR LITERASI DIGITAL





Resume Pertemuan 14


Sore ini rabu, 1 Desember 2021 di Awal bulan Desember, di penghujung tahun 2021 pelatihan kali ini diisi oleh Duo hebat. Srikandi cerdas Narasumber ibu Maesaroh, M.Pd seorang penulis Handal, Cantik, ramah yang dikenal dengan Blogger Millenial  dan Moderator hebat nan cantik Ms. Phia dengan Tema Menjelajahi Alam Digital yang Luas. 


Dengan sapaan hangat beliau memperkenalkan diri melalui profil linknya

https://maydearly.blogspot.com/2021/07/biodata.html


Menjelajah Alam Digital yang Luas atau kata pepatah Ngebolang di dumay

Ada sebagaian guru, bahkan anak2 didik kita, mereka ada yang jadi selebgram, seleb tiktok, serta seleb fb. Karena apa? Karena pengaruh dunia digital begitu luas. Namun, tanpa kita sadari, dari sekian aplikasi dunia maya yang mereka gunakan, terkadang hanya membawa mereka terjerumus pada pergaulan yang salah. Gaul sih iya, tapi tak berliterasi. Sehingga mereka gampang jadi penyebar informasi hoak. 


Narasumber kali ini lebih menekankan literasi pada alam digital. Tepatnya literasi di media digital. 


Untuk mengembangkan budaya literasi generasi penerus bangsa, diperlukan kecakapan dalam menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab agar mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel. Cerdas bermedia sosial berarti cerdas berliterasi. Perlu edukasi yang masif dalam menggerakan literasi digital agar setiap individu dapat dengan mudah memahami informasi dengan benar.


Ada 4 Pilar atau dasar dalam memahami literasi digital



1. Digital Culture cakap  bermedia digital dengan memanfaatkan media digital sebagai alat untuk menghubungkan satu koneksi menuju seluruh dunia

2. Digital Safety cakap dalam melindungi diri dan aset digital ketika sedang berada di dunia digita.

3. Digital Ethics etis dalam menggunakan dunia digital dengan tidak menyalahgunakan alat digital sebagai penyebar informasi hoax

4. Digital Skill cakap secara teknologi dalam menggunakan piranti digital sebagai alat untuk mengupgrade pengetahuan. Adapun kecakapan dalam hal ini perlu meliputi 8 kecakapan diantaranya : Cakap dalam memakai ilmu Coding, Collaboration, Cloud software, Word Processing software, Screencasting, Personal digital archiving, Information Evaluation, Use of social media.


Menjelajah alam digital/alam maya. Adalah sebuah alam yang memberi koneksi antara satu individu dengan individu lainnya (jauh menjadi dekat) lewat kecanggihan sebuah teknologi.


Alam media digital yang kerap kali kita gunakan, adalah aplikasi sosmed berupa WA, IG, FB, Twitter serta perangkat google dengan segala produknya.


Sebagian besar anak didik kita sudah mengenal piranti digital. Bahkan mereka lebih mahir ketimbang gurunya. Dari itu mengapa begitu penting bagi kita untuk menggabungkan literasi digital terhadap anak didik kita ataupun masyarakat di lingkungan kita. Tetapi sebagian dari siswa kita yang terkadang salah kaprah dalam penggunaan media sosial. Pemahaman yang cukup mengenai dunia digital bagi kalangan anak muda dan keterbukaan informasi di media sosial yang memberikan dampak negatif penggunaan media sosial seringkali dialami oleh anak muda khususnya para pelajar.


Usia muda atau remaja berasal dari kata adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Usia remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang dialaminya dalam tiga tingkatan yaitu pra remaja 10-12 tahun, remaja awal 13- 16 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun.


Dalam menyongsong abad 21 dimana adanya implementasi pembelajaran melalui mesin (komputasi) segala informasi tersedia dengan luas, dimana saja dan kapan saja. Maka, digital literasi menjadi penting untuk membangun pendidikan yang terintegrasi pada  pergeseran pembangunan pendidikan ke arah ICT, sebagai salah satu strategi manajemen pendidikan 21 yang di dalamnya meliputi tata kelola kelembagaan, dan sumber daya manusia. Untuk itu,  edukasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam meningkatkan budaya cerdas berliterasi agar para generasi penerus bangsa mampu menyaring  informasi  dengan baik yang beredar dari media sosial.


Pemahaman literasi digital yang buruk akan berpengaruh pada dampak psikologis anak dan remaja yang cenderung menghina orang lain, menimbulkan sikap iri terhadap orang lain, mengakibatkan depresi, terbawa arus suasana hati terhadap komentar negatif, serta terbiasa berbicara dengan bahasa kurang sopan. Atas dasar pandangan tersebut, hal inilah yang menyebabkan dampak buruk dalam berinteraksi. 

Apabila penggunaan piranti digital terlampau tinggi, maka mereka akan cenderung mengalami Digital Fatigue.


Ciri-ciri Digital Fatigue

Perasaan lelah, bosan, malas, dengan berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial, dan berbagai platform digital lain.

Mata terasa sakit, lelah, dan perih.

Mata terasa sakit, lelah, dan perih.

Sakit kepala dan migrain.

Nyeri otot leher, bahu, atau panggung.

Sensitif terhadap cahaya.

Gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori.

Merasa putus asa dan tidak berdaya.

Kewalahan menghadapi situasi yang berulang.

Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga, dan malas bergerak.

Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar.



Untuk itu seorang guru perlu menjadi stakeholder dalam pengembangan literasi media karena media merupakan alam maya yang mampu membawa kita terhubung pada dunia yang lebih luas


Digital fatigue lebih kepada kelelahan fisik

↠Photo visual literacy

Kemampuan untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari visual.

↠Reproduksi literacy

Kemampuan untuk menggunakan teknologi digital untuk menciptakan karya baru dari pekerjaan.

↠Percabangan literacy

Kemampuan untuk berhasil menavigasi di media non-linear dari ruang digital.

↠Informasi literacy

Kemampuan untuk mencari, menemukan, menilai dan mengevaluasi secara kritis informasi yang ditemukan di web.

↠Sosio-emosional literacy 

Kemampuan yang mengacu pada aspek-aspek sosial dan emosional yang hadir secara online, apakah itu mungkin melalui sosialisasi, dan berkolaborasi, atau hanya mengkonsumsi konten.


8 elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital

1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna digital.

2. Kognitif, yaitu daya pikir menilai konten.

3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual.

4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja dan jejaring komunikasi di dunia digital.

5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab.

6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru.

7. Krisis dalam menyikapi konten.

8. Bertanggung Jawab secara sosial, yaitu yaitu pemahaman ragam konteks



Kita adalah bagian dari dunia. Alam maya membawa kita terbang dari satu tempat ke tempat lain, dari satu negara menuju negara lain.

Dari sekian media sosial yang dipakai sebagian besar rakyat dunia, perlu literasi media yang massif agar kita mampu menggenggam dunia dengan cara yang benar.



↠Perhatian 

Kemampuan untuk mengidentifikasi ketika dibutuhkan fokus perhatian dan mengenali ketika multitasking bermanfaat. Perhatian dapat dicapai dengan memahami bagaimana pemikiran orang. Akan sulit untuk memfokuskan perhatian karena pikiran kita cenderung berjalan acak.

↠Partisipasi

Mengetahui kapan dan bagaimana partisipasi merupakan hal penting. Partisipasi memberikan pengguna pengalaman berbeda saat menjadi produktif. Partisipasi dalam media sosial dibedakan menjadi dua yaitu netizen aktif dan netizen pasif. Netizen aktif merupakan pengguna media sosial yang ikut memberikan post di media sosial. sedangkan pengguna pasif merupakan pengguna media sosial yang hanya membaca lini masa media sosial tanpa memberikan posting-an.

↠Kolaborasi

Pengguna dapat mencapai lebih dengan bekerja sama dibandingkan dengan bekerja sendirian. Melalui kolaborasi, redudansi dapat dihilangkan dan pekerjaan dapat didistribusikan. Adanya kolaborasi memungkinkan masyarakat berbagi sumber daya dan membangun ide lain.

↠Kesadaran jaringan

Jaringan sosial saat ini diperluas dengan adanya teknologi. Saat ini masyarakat dapat menjadi anggota dari newsgroup, komunitas virtual, situs gossip, forum dan organisasi lainnya. Pemahaman mengenai sosial dan jaringan teknis.

↠Pemakaian secara kritis

Pemakaian secara kritis adalah evaluasi tentang apa dan siapa yang dapat dipercayai. Sebelum mempercayai, mengkomunikasikan, atau menggunakan apa yang ditulis oleh orang lain, ada baiknya melakukan identifikasi. Cek klaim yang terdapat dalam informasi tersebut, lihatlah latar belakang penulis, sumber daya dan keakuratannya.



Literasi media sosial merupakan suatu keterampilan yang diperlukan untuk tetap dapat melakukan aktivitas bermedia sosial dengan aman. Sebagai warganet yang baik, kita harus mampu menyaring dan memberikan informasi yang edukatif. Sesuai dengan istilah media sosial yang dikemukakan oleh (Taylor & Francis Online, 2014) bahwa media sosial memiliki akronim sebagai berikut:

1. Sharing views

2. Optimizing Knowledge

3. Collaborating on projects

4. Investigating new ideas

5. Advocacy for your service provision

6. Learning from others

7. Making new connections

8. Enhancing your practice

9. Debating the future

10. Inspirational support

11. An essential tools for your information toolbox


Target Indonesia emas (2045) akan tercapai bila generasi milenial saat ini melek wawasan kebangsaan, dan menguasai literasi kebangsaan


Sarat cerdas berliterasi digital adalah memiliki karakter kebangsaan yang perlu dijunjung  tinggi dan harus menjadi poin utama dalam berbagai aspek. Beberapa nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan diantaranya:

1. Nilai Kejujuran

2. Nilai Semangat

3. Nilai Kebersamaan atau Gotong royong

4. Nilai Kepedulian  atau solidaritas

5. Nilai Sopan santun

6. Nilai Persatuan dan Kesatuan

7. Nilai Kekeluargaan

8. Nilai Tanggung Jawab


Demikianlah catatan sederhana saya di penghujung tahun 2021


Kolaka Timur, 2 Desember 2021

Sumi suseni


2 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung ke Blog saya